Langsung ke konten utama

Kedaulatan Politik dan Ekonomi Indonesia



Kedaulatan Politik dan Ekonomi Indonesia 

Muhammad Raihan 

Kedaulatan Politik dan Ekonomi Indonesia adalah pembahasan yang perlu dibicarakan secara komprehensif. Karena Kalimat tersebut mempunyai makna yang cukup universal dalam konteks berbangsa dan bernegara. Kedaulatan Politik dan Ekonomi juga menjadi Cita-cita Bangsa. Semua itu juga menjadi motivasi bagi Hima Persis sebagaimana dalam nilai identitas Kader yaitu Negarawan Reformis.

Bicara Kedaulatan Politik dan Ekonomi Indonesia maka ada relevansinya dengan Pengantar ilmu politik, pengantar politik islam, studi kritis ideologi politik dunia, studi kritis sistem politik Indonesia, politik-ekonomi, sosiologi-politik, politik-hukum, metode riset data-statistika politik, tata negara dan legislasi, politik dalam membangun peradaban bangsa, konsepsi politik ulul albab [Versi Hima Persis]

Sistem pemerintahan Islam: Imam Khomeini

Revolusi Islam Iran pada tahun 1979, yang secara total mengubah tatanan politik iran. Dominasi Barat [Amerika] yang begitu kuat, hilang tanpa bekas. Sistem pemerintahan Reza pahlevi yang monarkis tumbang. Imam khomeini berhasil "melepas belenggu" kebergantungan pemerintahan Iran pada Barat. Bahkan yang menarik, sistem pemerintahan Iran dipandang sangat unik bagi barat dan kebanyakan politisi dunia. Sistem pemerintahan itu adalah "Wilayatul Fiqih" Kemudian Imam khomeini melampirkan: Amirul mu'minin berkata dalam khotbah beliau di dalam kitab nahjul balaghah, "Kalau bukan karena orang-orang datang kepadaku dan para pendukung tidak mengajukan hujjahnya [Argumen pendukungnya], maka aku akan sudah melemparkan kekhalifahan ini dari Pundaku"

Reformasi prematur: Al Chaidar

Semenjak terjadinya krisis ekonomi pada pertengahan tahun 1997 lalu, gema tuntutan reformasi yang digerakkan oleh para mahasiswa menghentakan atmosfir kehidupan nasional. Meskipun bermula dari krisis ekonomi, bola tuntutan reformasi itu bergulir deras ke bidang politik. Soeharto pun dengan berat hati melepaskan jabatan presiden yang sudah dinikmati selama 32 tahun. Selama 32 tahun itulah pembangunan ekonomi dibangun di atas praktek kejahatan-kejahatan politik dan nafsu pribadinya. Semua memprotes praktek politik yang menindas yang dianggap menjadi sumber penyebab atau akar masalah praktek ekonomi yang tidak sehat. Monopoli, kolusi, korupsi, dan nepotisme, serta praktek-praktek kekuasaan yang tamak telah memaksa soeharto, seorang tiran yang melebihkan fir'aun untuk ukuran masa kini, jatuh tersungkur dari kursi kekuasaan dan tanpa tanggung jawab sedikitpun membiarkan Negeri ini berada dalam kondisi yang semakin mencekik leher masyarakat Indonesia yang lahir, beranak, berjuang, dan mati di tanah air yang dipertahankan turun-temurun ini, menjadi taruhan dari perjudian politik di era reformasi sekarang ini.

Pertarungan 1999: Al Chaidar 

Masa reformasi sekarang ini telah menghasilkan banyak fenomena menarik. Salah satu fenomena menarik itu adalah munculnya partai-partai politik baru dan bangkitkan ide-ide lama yang radikal setelah sekian lama berada di bawah sumbatan dan kesumpekan politik orde baru. Partai politik baru adalah fenomena yang paling banyak menyerap energi politik rakyat. Rakyat yakin seakan-akan hanya dengan partai-partai inilah segala kemelut politik akan sirna. Partai politik di era gelombang pasang naik demokratisasi sekarang ini dianggap mewakili kekuatan rakyat. Diantara kekuatan-kekuatan politik yang ada: Militer, Mahasiswa, Birokrasi, Pers, dan Partai Politik. Menurut Al Chaidar partai politik adalah kekuatan politik masyarakat yang paling lemah. Lemahnya partai politik bisa kita lihat dari mandulnya DPR dan MPR Kita, tempat dimana partai-partai bermusyawarah tapi tidak mampu sedikitpun mengartikulasi, mengagregasi, dan mengakomodasi aspirasi rakyat yang telah memberikan suaranya.  Kemunculan partai-partai Islam merupakan bagian dari episode reformasi yang akan mengulangi kesalahan sejarah yang sama di masa lampau. Lemahnya posisi partai politik islam di Indonesia, di satu sisi ia tidak dipercaya penuh oleh konstituennya, di pihak lain pemerintah dan Partai-partai sekuler serta kelompok-kelompok penekan lainnya menunjukkan sikap tidak senang. Pertarungan ideologis di masa lalu akan terulang kembali di masa sekarang dengan hasil yang berbeda. Partai-partai islam akan muncul sebagai pemenang atas partai-partai sekuler atau non islam. Namun kemenangan partai islam dalam struktur dan model aturan permainan "Demokrasi Jahiliyah"

Dengan deskripsi berikut Kita bisa tangkap bahwasanya bagaimana hakikat Kedaulatan Politik dan Ekonomi Indonesia secara Ekspetasi juga realitas. Mengaktualisasikan Kedaulatan Politik dan Ekonomi dalam negara demokrasi memang tidak semudah mengedipkan mata. Perlu ada keseriusan dari semua elemen bangsa, pemerintah maupun rakyat agar Kedaulatan Politik dan Ekonomi bisa terwujud

Komentar